Jelang Ramadhan, Masyarakat Ponorogo Bikin Kembang Boreh | Artikel Poster

Jelang Ramadhan, Masyarakat Ponorogo Bikin Kembang Boreh


Jelang Ramadhan, Masyarakat Ponorogo Bikin Kembang Boreh



Foto: Ahmad Dhani. ©2014 Artikel Poster


Reporter: Dudi Anggoro





Artikel Poster - Jelang Ramadhan, Masyarakat Ponorogo Bikin Kembang Boreh | Pemerintah telah menetapkan 1 Ramadan jatuh pada 29 Juni 2014 sekaligus permulaan puasa bagi umat Islam di Indonesia. Semua umat muslim menyambut bulan suci ini dengan gembira.





Tak beda jauh dengan daerah lain. Masyarakat Ponorogo Jawa Timur mulai bersiap menyambut datangnya puasa ini, banyak persiapan dan kesibukan menjangkiti masyarakat muslim di sana.





Mereka setiap jelang Ramadan menyebutnya hari megeng. Suatu hari dimana masyarakat harus bersiap untuk menahan diri dari godaan hawa nafsu duniawi.





"Jelang puasa, orang Ponorogo nyebutnya megeng. Itu artinya menahan diri untuk menggunjing orang lain. Megeng itu mapak tanggal baru, hawa nafsu harus disingkirkan, kita lebih banyak diam," kata Wasdi salah satu tokoh masyarakat di Desa Bancar Bungkal Ponorogo saat dihubungi merdeka.com, Jumat (27/6).





Di samping itu, lelaki penggemar musik campur sari ini menyatakan masyarakat Ponorogo sehari sebelum berpuasa akan melakukan ritual mandi besar dan membeli bunga. Ritual itu dilakukan untuk syarat sebelum berangkat berziarah ke makam keluarga.





"Kita bawa kembang boreh untuk nyekar dan membersihkan rumput dan sampah di makam. Lalu kita juga mendoakan roh leluhur agar diakui Gusti-Nya Yang Maha Kuasa," ujar dia.





Pasalnya, bagi masyarakat setempat mendatangi dan menabur bunga di makam leluhur ini punya maksud yang dalam bagi kehidupannya. Berziarah sebagai pengingat asal-usul manusia dilahirkan dan jasa-jasa leluhur kita selama hidupnya.





"Kita mendatangi kubur orang tua untuk nguri-uri. Biar tahu kita wiwitan atau asal-usulnya dari mana," ucap dia bersungguh-sungguh.





Terkesan tak mau kalah sibuk dengan kaum adam yang bebersih desa dan makam, kaum ibu di kota Reog pun menyibukkan diri di dapur menyiapkan hidangan istimewa untuk leluhur alias sesajen.





Setiap dapur khusyuk membuat sesajen yang akan dipersembahkan untuk roh nenek moyang yang telah tiada. Sesaji itu berupa makanan kesukaan para leluhur semasa hidupnya dulu.





"Ada makanan nasi srondeng lengkap dengan lauk ayam goreng dan kue apem. Minumnya kopi item dengan rokok klobot dan sirih, tembakau susur juga gambir. Tak lupa lampu senthir untuk penerangnya," ucap dia berapi-api.





Namun, dia juga menjelaskan tidak sembarangan masyarakat Ponorogo menempatkan sesajen leluhur tersebut. Sesajen itu ditempatkan di ruang tersenduri tepatnya tengah-tengah (centhong tengah) dari sebuah rumah.





"Maksudnya itu tempat yang aman, jarang dijamah orang. Karena sudah dipasrahkan ke badan halus (roh leluhur) ditaruh di centhong tengah, sesaji itu juga didoakan," tutur lelaki bekas warok ini.





Jangan dianggap remeh, masyarakat Ponorogo yang tak mengikuti tradisi leluhur ini sering mendapatkan bala. Dia menjamin, mereka yang mengingkari tradisi leluhur akan kesusahan dalam menghadapi lika-liku dan tantangan kehidupan.





"Biasanya yang meninggalkan kualat, nyandang dan mangan kurang (pakaian dan pangan kurang). Kadang-kadang hartanya habis dijual karena sakit-sakitan, banyak halangan hidupnya," pungkas dia dengan logat khas Jawa Timuran.

0 Response to "Jelang Ramadhan, Masyarakat Ponorogo Bikin Kembang Boreh"

Posting Komentar